Aqidatul Islam tentah qiamuhu binafsih, hayat dan wahdaniah Allah Ta’ala | Mesjid Istiqamah Pampangan

Agama
س: كَيْفَ الاِعْتِقَادُ بِقِيَامِهِ تَعَالَى بِنَفْسِهِ ؟
ج: هُوَ أَنْ نَعْتَقِدَ  أَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى لاَ يـَحْتَاجُ إِلَى شَيْءٍ مِنَ اْلأَشْيَاءِ: فَلَا يَحْتَاجُ إِلَى مَكَانٍ وَلَا إِلَى مَحَالٍ وَلَا إِلَى شَيْءٍ مِنَ اْلـمَخْلُوْقَاتِ أَصْلًا. وَكُلُّ شَيْءٍ مُحْتَاجٌ إِلَيْهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى.

Soal       Bagaimana cara meyakini Kemandirian Allah  (Qiyamuhu Binafsihi) ?
Jawab    Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah Subhaanahu Wata’ala tidak membutuhkan sesuatu apapun, Dia tidak butuh tempat dan tidak membutuhkan makhluk sama sekali. Dia Maha Kaya dan tidak membutuhkan apapun, bahkan segala sesuatu lah yang membutuhkan Allah Subhaanahu Wata’ala
Al-ankabut 6

…إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ

“…..Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”

س: كَيْفَ الاِعْتِقَادُ بِحَيَاتِهِ اللهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى؟
ج: هُوَ أَنْ نَعْتَقِدَ أَنَّ اللهَ تَعَالَى حَيٌّ وَأَنَّ حَيَاتَهُ سُبْحَانَهُ لَيْسَتْ كَحَيَاتِنَا: فَإِنَّ حَيَاتَنَا بِوَسَائِطَ كَجَرَيَانِ الدَّمِ وَالنَّفَسِ. وَحَيَاةُ اللهِ سُبْحَانَهُ لَيْسَتْ بِوَاسِطَةِ شَيْءٍ, وَهِيَ قَدِيْمَةٌ بَاقِيَةٌ لَا يَلْحَقُهَا اْلعَدَمُ وَالتَّغْيِرُ أَصْلًا.

Soal       Bagaimana cara meyakini Kehidupan Allah (Hayah) ?
Jawab   Hendaklah  kita  meyakini  bahwasanya  Allah  Subhaanahu  Wata’ala Maha Hidup dan   bahwa kehihidupan Allah tidak seperti hidup kita. Karena sesungguhnya kehidupan kita membutuhkan perantara seperti mengalirnya darah dan nafas sedangkan kehidupan Allah tanpa memerlukan  apapun.  Kehidupan  Allah  itu  bersifat  dahulu  (Qodim), kekal (Baqo’) dan kehidupanNya tiada pernah hilang maupun berubah sama sekali.

وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِ وَكَفَى بِهِ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيرًا ( al-Furqan 58 )

“Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya.”

س: كَيْفَ الاِعْتِقَادُ بِوَحْدَانِيَةِ اللهِ تَعَالَى؟
ج: هُوَ أَنْ نَعْتَقِدَ أَنَّ اللهَ تَعَالَى وَاحِدٌ لَيْسَ لَهُ شَرِيْكٌ وَلَا نَظِيْرٌ وَلَامُمَاثِلٌ وَلَا ضِدٌّ وَلَا مُعَانِدٌ.

Soal      Bagaimana cara meyakini bahwa Allah itu bersifat Wahdaniyyah (Maha Esa) ?
Jawab    Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah itu Satu dan tidak memiliki teman atau sekutu. Tidak ada yg menyamai maupun menyerupaiNya. Tiada lawan yg sebanding maupun penggantiNya

لَوْ كَانَ فِيهِمَا آَلِهَةٌ إِلَّا اللَّهُ لَفَسَدَتَا فَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ (( Al-Anbiyak 22

“Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai ‘Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.”
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (( Al-Ikhlas 1  Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa

Spread the love

Tinggalkan Balasan