Saat itu, buya memimpikan suatu waktu, alumni dengan warna dasi yang beraneka warna itu pulang ke sekolah untuk bercengkrama dan saling berbagi cerita, lalu berkontribusi untuk perkembangan dan kemajuan pondok agara terus melahirkan ulama pewaris nabi. Kontibusi itu tak melulu soal materi, kata buya. kontribusi pemikiran adalah sumbangan yang lebih berharga.
Lalu, tentang alumnus, kami bertanya siapakah yang merupakan alumnus Ashabul Yamin? Dengan penuh semangat Buya mengatakan, “Alumnus Ashabul Yamin adalah orang yang pernah belajar di Ashabul Yamin, tidak hanya mereka yang tamat, tapi mereka yang belajar hanya untuk sebentar saja adalah alumnus Ashabul Yamin” kata Buya tegas dan lugas.
Tanggal 8-9 Juli besok, waktu yang diimpikan buya 9 tahun lalu datang dalam moment perayaan 25 tahun Ashabul Yamin. Dan ingin Buya di moment penting ini hanya satu, Buya ingin alumni pulang ke sekolah dan berkumpul untuk bercerita pengalaman mereka setelah tak lagi di sekolah. pengalaman itu akan menjadi sitawa sidingin yang akan menjadi penawar rindu Buya pada anak-anaknya.
Dalam moment penting ini Buya memanggil anak-anaknya pulang. Lalu, alasan apakah yang membuat kita tidak mengindahkan panggilan Buya untuk pulang? Tidakkah kita termasuk anak yang durhaka tidak mengindahkan panggilan itu? Tidakkah kita akan menyesal melwatkan panggilan orang tua kita sendiri ke rumah yang telah mengajarkan kita tentang hidup dan kehidupan? Ayoo…. mari kita pulang… Buya memanggil Kita…