Oleh : KH Aby Muhammad Zamri Tuanku Kayo Khalifatullah
Surau, Shalat dan Silek adalah bagian dari kehidupan dan kunci sukses orang Minangkabau. Ketiga bekal itu melekat dalam diri dan kepribadian orang Minang pada umumnya. Di mana pun mereka berada, bekal itu akan selalu dibawa. Surau merupakan tempat beribadah, mengaji bagi anak-anak Minang, sekaligus belajar bersama untuk membentuk pola pikir mereka. Shalat adalah wujud Pelaksanaan Agama dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan silek (silat) merupakan seni bela diri khas tanah Minang, yang penting dipelajari dan dikuasi oleh anak-anak lelaki untuk olah raga, kesehatan dan membela diri.
Tiga hal itulah yang menjadi Fokus Program Pendidikan dan Latihan Silek di Surau Suluak Inyiak Cubadak, Nagari Kamang Mudiak, Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam, Sumbar. Melalui Diklat Silek Minang Ini, Dewan Kemakmuran Surau Suluak Inyiak Cubadak ingin mengingatkan kembali bahwa surau, shalat dan silek merupakan tiga elemen penting dalam kehidupan anak-anak lelaki Minang, yang umumnya akan pergi dari kampung untuk merantau. Dengan bekal itu diharapkan anak-anak lelaki Minang akan percaya diri di mana pun mereka kelak akan tinggal.
Sayangnya budaya tersebut sudah mulai terkikis dalam kehidupan orang Minang. Banyak yang menganggap budaya surau tidak lagi relevan dengan kehidupan yang kian modern. Bahkan, terkadang ada yang shalat sekali sejum’at saja. Begitu pula dengan belajar SILEK (silat), yang tidak dilakukan oleh sebagian anak-anak muda Minang. Belajar ilmu pengetahuan di sekolah dianggap jauh lebih penting. Apalagi bagi anak-anak keturunan Minang yang lahir dan besar di luar kampung halaman orangtuanya, terutama mereka yang berasal dari “perantau cino” atau perantau yang tidak pernah kembali lagi ke kampungnya.
Padahal di masa lampau dari Surau, Silek membumi di Minangkabau. Karena ia benar-benar tumbuh dari akar dan tradisi yang selalu berfilsafat pada alam terkembang menjadi guru. Tapi kini, silat Minangkabau tak luput dari siraman hawa globalisasi. Hanya sebagian kecil yang mampu tegak berdiri di atas nilai-nilai tradisi. Sebagian yang lain terkadang seakan membiarkan diri teradoptasi atau terpengaruh dalam ‘gerak’ yang sulit dinamakan sebagai silek Minang bila dilihat dari kacamata tradisi itu sendiri.
Maka diperlukan upaya penelitian, penggalian, pelestarian dan pengembangan seni tradisi itu. Mana benar yang silat Minang, mana benar yang murni dan mengakar dari nilai-nilai tradisi silek Minang; itu saatnya kini digali kembali. Seiring dengan itu, perlu upaya yang SERIUS serta dukungan LAHIR BATIN dari seluruh stakeholder Minangkabau untuk menjadikan SURAU sebagai POROS Kebangkitan Marwah Seni Budaya Minangkabau.
Dalam kaitan itulah, Dewan Kemakmuran Surau Suluak Inyiak Cubadak berencana mendirikan Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Silek Tuo Minangkabau bersama Perguruan Silek Harimau Putiah Tuanku Nan Renceh dan Perguruan Silek Tuanku Nan Renceh. Pusdiklat itu juga akan berperan dalam meneliti dan mengkaji serta merumuskan hal-hal yang berkaitan dengan Pelestarian dan Pengembangan Seni Tradisi warisan Leluhur Minangkabau itu. (az)