◆ Mengenal lbh dekat…◆
Syekh H. Amran As-Shamad yang biasa dipanggil dengan Buya Amran merupakan sosok Ulama Canduang yang memiliki karismatik, beliau lahir sekitar tahun 1930 an. Sejak kecil Buya Amran sudah menampakan kecerdasannya dan keshalihannya, beliau belajar dari satu surau ke surau lainnya mulai dari Surau Pakan Kamih Canduang (MTI Canduang yang Sekarang) bersama guru beliau Syekh Sulaiman Arrasuli, inyiak Canduang, hingga ke Aceh bersama guru beliau Syekh Tengku Muda Wali.
Buya Amran merintis pesantren di desa 3 Kampuang, kecamatan Canduang, Bukittinggi sekitar tahun 1999 yaitu Pondok Pesantren At-Taqwa 3 Kampung Canduang dengan menitik beratkan pada pelajaran Agama dengan mengajarkan kitab-kitab karangan ulama masa dahulu dan didukung oleh program pemerintah dengan nama pesantren Salafiyah seperti pesantren-pesantren yang ada di Jawa pada umumnya. Dulu beliau mengajar di MTI Canduang sebelum manajemen pendidikan diubah kepada yang modern telah banyak melahirkan ulama dan orang-orang ternama seperti murid beliau diantaranya Buya H.Zamzami Yunus (Pendiri sekaligus pimpinan PP. Ashabul Yamin), Buya Amilizar Amir (Pendiri Surau Suluk di Barulak sekaligus pembimbing Thariqa Naqsabandiyah), Buya Muhammad Busra (Penggerak Majelis Dzikir dan Ta’lim sekaligus Pimpinan FPI Sumbar), Prof. Dr. H. Nashruddin Baidan (Dosen STAIN SurakartaGuru Besar dibidang Tafsir), Prof.Dr.H.Makmur Syarif,SH,M.Ag (Rektor IAIN IB Padang), Prof. Dr. H. Salmadanis,MA (Pembantu Rektor II IAIN IB Padang).
Buya Amran sosok ulama yang cukup sempurna dalam menjalankan perintah agama, beliau bukan saja mengajarkan dalam ilmu syari’ah tapi juga menjalankan kehidupan dengan metode bertashauf, tarekat yang di anutnya tarekat Naqsabandiyyah Qodiriyyah. Maka wajar jika dalam perilaku sehari-hari beliau penuh tawadhu’,istiqomah ,zuhud dan ikhlas. Banyak dari beberapa pihak maupun wartawan yang coba untuk mempublikasikan kegiatannya di pesantren selalu di tolak dengan halus oleh Buya Amran begitupun ketika beliau di beri sumbangan oleh para pejabat beliau selalu menolak dan mengembalikan sumbangan tersebut.
Beliau bukan hanya ahli dalam mengajarkan ilmu kitab kuning dan syariat, dalam hal bertukang, menjahit, dan bercocok tanam beliau juga ahli, ini saya lihat sendiri selama bersama dengan beliau.
Beliau Sosok ulama yang tidak mau tersohor di dunia, tampak beliau karismatik dan tawadhu’yang menjadi tumpuan berbagai kalangan masyarakat untuk dimintai nasihatnya, sehingga banyak murid-murid beliau yang minta nasehat kepada beliau tentang kehidupan dunia, siapapun orangnya yang ingin mendapat nasehat dan belajar dari beliau, dengan senang hati beliau melayani, bukan hanya dari masyarakat Canduang saja tapi juga umat islam pada umumnya.(ay)
Sumber : Akun FB Buya Masoed Abidin Za Jabbar