HANYA KEPADAMU KAMI MINTA TOLONG
(وإياك نستعين)
(وإياك نستعين)
Ada hakekat yang harus kita imani dan yakini dengan baik, yaitu kita adalah makhluk yang lemah. Kesadaran inilah yang akan membuat kita selalu minta tolong dan bergantung kepada Yang Maha Kuat, yaitunya Allah ta’alaa.
Ketika manusia lupa bahwa dia lemah, ketika itulah dia mulai tersesat. Ketika manusia merasa bisa dan mampu sendiri, maka ketika itu pula dia merasa tidak perlu dan tidak butuh kepada Allah.
Iblis tersesat dan terkutuk serta diusir dari sorga karena merasa paling baik. Ia membangkang terhadap perintah Allah untuk sujud kepada Adam. Perasaan hebatnya telah membuatnya angkuh. Akibatnya, ia dan pengikutnya menjadi penduduk abadi di dalam neraka. Allah berfirman:
قَالَ اخْرُجْ مِنْهَا مَذْءُومًا مَدْحُورًا ۖ لَمَنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ لَأَمْلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنْكُمْ أَجْمَعِينَ.
Artinya: “Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya”. (QS Al A’raf: 18).
Anak Nabi Nuh mati tenggelam dalam banjir besar karena merasa mampu menyelamatkan diri sendiri. Ia enggan menerima tawaran pertolongan dari sang Ayah yang Nabi. Ia menolak untuk beriman kepada Allah. Akibatnya berakhir dengan tragis:
وَنَادَىٰ نُوحٌ ابْنَهُ وَكَانَ فِي مَعْزِلٍ يَا بُنَيَّ ارْكَبْ مَعَنَا وَلَا تَكُنْ مَعَ الْكَافِرِين. قَالَ سَآوِي إِلَىٰ جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْمَاءِ ۚ قَالَ لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِلَّا مَنْ رَحِمَ ۚ وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ.
Artinya: “…. Dan Nuh memanggil anaknya (yaitu Kan`an) sedangkan anaknya itu berada di tempat yang jauh) dari bahtera (“Hai anakku! Naiklah bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.
Anaknya menjawab: “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!” Nuh berkata: “Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang”. Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.” (QS Hud: 42-43).
Qarun telah merasa hebat dengan ilmu dan seluruh kekayaannya yang tak terkira. Akibatnya ia menjadi angkuh dan sombong, merasa bisa melakukan apa saja dengan ilmu dan kekayaannya. Padahal telah banyak orang-orang yang lebih kuat sebelumnya, dibinasakan oleh Allah. Allah ta’alaa berfirman:
قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍ عِنْدِي ۚ أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا ۚ وَلَا يُسْأَلُ عَنْ ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ.
Artinya: Qarun berkata: “Sesungguhnya aku hanya memperoleh harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.” (QS Al Qashash: 78).
Setelah itu Allah binasakan dia dengan seluruh hartanya, tanpa mampu dia dan orang lain untuk membela dirinya:
فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ.
Artinya: “Maka Kami benamkan dia (Qarun) beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada lagi baginya suatu golongan pun yang mampu menolongnya (terhadap azab Allah) selain Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang yang dapat membela dirinya (dari azab Allah)”. (QS Al Qashash: 81).
Begitu pula tragisnya nasib Firaun yang telah merasa kuat, bahkan mengklaim diri sebagai Tuhan. Ia pun tewas tenggelam di laut merah bersama pasukannya. Juga raja Abrahah dengan pasukan bergajahnya. Merasa sangat kuat dan ingin berbuat sekehendaknya. Sampai “rumah Allah” hendak dia runtuhkan dan dia tukar dengan tempat peribadatan baru di kampungnya. Hanya dengan sangat sederhana, dengan batu-batu kecil yang dibawa burung ababil, dia dan pasukannya pun musnah tak bersisa.
تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ. فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ.
Artinya: “(burung itu) Yang melempar mereka dengan batu berasal dari tanah yang terbakar. lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).” (QS Al Fiil: 4-5).
Sebaliknya, disaat seorang hamba dalam puncak kelemahan dan ketidakberdayaannya, lalu berserah diri dan meminta tolong kepada Allah, maka dia bisa berubah menjadi kuat, selamat dan bangkit karena pertolongan dari Allah ta’laa.
Nabi Adam bersama istrinya Hawwa, mengalami kesengsaraan yang tiada tara. Yaitu saat dilempar dari sorga yang penuh nikmat dan fasilitas, ke dunia yang penuh kesulitan, perjuangan dan duka cita. Namun keduanya berserah diri kepada Allah. Sehingga Allah menjaga dan menguatkan keduanya dalam kehidupan berat di dunia. Sebagaimana Allah firmankan dalam QS Al A’raf: 23-25:
قَالا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ. 23
Artinya: Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi”.
قَالَ اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمْ فِي الأرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ .24
Artinya: Allah berkata, “Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan”.
قَالَ فِيهَا تَحْيَوْنَ وَفِيهَا تَمُوتُونَ وَمِنْهَا تُخْرَجُونَ. 25
Artinya: Allah berfirman, “Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan”.
Begitu juga Nabi Yunus yang sudah ditelan oleh ikan besar. Secara logika manusia dia sudah tewas. Tak ada yang bisa menyelamatkannya. Sampai hari kiamat dia akan berada dalam perut ikan tersebut. Namun, karena dia meminta pertolongan kepada Allah, maka selamatlah dia sampai kembali ke daratan.
وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ. فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ ۚ وَكَذَٰلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ.
Artinya: “Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (yaitu Nabi Yunus bin Matta) ketika ia pergi dalam keadaan marah terhadap kaumnya (sedangkan Nabi Yunus belum mendapat izin dari Allah untuk pergi) lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mampu untuk menghukumnya. Maka ia menyeru dalam tempat yang gelap gulita (gelapnya suasana dalam perut ikan paus) “bahwa bahwasanya tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim”.
Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (QS Al Anbiya: 87-88).
Begitu juga Nabi Ayyub as, yang Allah selamatkan dengan pertolonganNya dari musibah berat yang menimpanya dan seluruh istri, anak-anak dan hartanya. Bahkan juga dari penyakit berat yang menimpanya. Pertolongan itu datang karena Nabi Ayyub menyerahkan diri kepada Allah SWT.
وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ (83) فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِنْ ضُرٍّ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِينَ (84)
Artinya: “Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya,”(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.” (QS Al Anbiya: 83-84).
Dan Nabi Ibrahim as yang menghadapi raja yang bengis yang mengklaim diri sebagai Tuhan. Tubuhnya sudah terikat dan terkurung dalam kayu bakar yang sangat besar. Api besar akan segera melahap sekujur tubuhnya. Namun Nabi Ibrahim menyerahkan sepenuhnya kepada Allah. Hanya Dia yang mampu dan berkuasa menolongnya. Api yang sangat besar itupun berubah menjadi dingin dan keselamatan bagi Nabi Ibrahim.
قَالُوا حَرِّقُوهُ وَانْصُرُوا آلِهَتَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ (68) قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ (69) وَأَرَادُوا بِهِ كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمُ الأخْسَرِينَ (70)
Artinya: Mereka berkata, “Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kalian, jika kalian benar-benar hendak bertindak.” Kami berfirman, “Hai api, menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim, “mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi.” (QS Al Anbiya: 68-70).
Begitulah, dua situasi yang sangat kontradiktif. Di saat manusia merasa kuat dan mampu, serta tak meminta tolong kepada Allah, justru saat itulah dia menjadi sangat lemah. Sebaliknya, ketika manusia berada dalam posisi paling lemah dan tak berdaya, tapi meminta tolong dan berserah diri kepada Allah, justru ketika itulah dia menjadi kuat dan selamat.
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (3)
Artinya: “…. Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS Ath Thalaq: 2-3).