Oleh:
Prof. Dr. H. Duski Samad, M.Ag
Ketua Pimpinan Pusat ( PP) Persatuan Tarbiyah Islamiyah (TARBIYAH-PERTI)
Pencerahan Pada Pelantikan Pengurus Anak Cabang (PAC) Tarbiyah Perti Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman, Sabtu 12 Oktober 2018 di Islamic Centre Pariaman
Merajut kekuatan umat yang dituju tulisan ini adalah menautkan, menjahit dan menjembatani perbedaan yang membuat umat lemah dan mudah dilemahkan, untuk disatukan dalam satu visi Islam rahmatan lil alamin, khaira umat dan ummatan wasathan, dalam wadah NKRI berbingkai local wisdom ABS SBK, SMAM, ATJG dengan bimbingan Syekh, Tuanku dan ulama Tarbiyah PERTI yang wara’ dan tawadhu’.
Kekuatan itu ada pada simpul, satu di antara simpul umat itu adalah kita yang sepakat dan menyatakan kesediaan bersama-sama dalam visi dan khittah Pendidikan, Dakwah dan Sosial melalui Persatuan Tarbiyah Islamiyah di singkat Tarbiyah Perti. Organisasi kemasyarakatan Islam berskala nasional yang dilahirkan ulama Minangkabau awal abad 20, tepatnya 5 Mei 1928, adalah Persatuan Tarbiyah Islamiyah disingkat Tarbiyah dan Perti. Dinamika sejarah organisasi kaum ulama ini telah mewariskan prestasi pembinaan keagamaan umat, pendidikan Islam, dan politik Islam dengan kelebihan dan kekurangannya.
Visi dan misi Islam tentang kehidupan bermasyarakat yang damai dan bersatu menjadi motivasi perlunya organisasi sebagai wadah pemersatu umat.
وَا عْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖ
“Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai,…(QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 103).Ayat ini menegas kan kebenaran tidak bisa tegak bila umat pecah belah. Pecah belah (tafarraqu) adalah musuh bersama yang harus dicegah karena ia dengan mudah dapat mengerus tegaknya kebenaran. Untuk mencegah pecah belah dan dalam bingkai menegakkan tali Allah dan mencegah perpecahan itu adanya dan berdirinya organisasi sosial masyarakat Islam. Satu di antaranya Persatuan Tarbiyah Islamiyah disingkat Tarbiyah atau PERTI.
Persatuan Tarbiyah Islamiyah disingkat Tarbiyah-Perti yang lahir dari rahim bumi Ranah Minangkabau, adalah ormas Islam dari Nagari Menegara. Kerja besar ulama Syekh Sulaiman Ar Rasuli dan kawan-kawan seperjuangannya untuk kesatuan dan persatuan umat adalah bukti nyata peran strategis ormas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara . Dalam usia cukup tua kini milad ke 91 tahun ini, berdiri sejak tanggal 5 Mei 1928 – 5 Mei 2019, ormas Tarbiyah- Perti telah melahirkan umat moderat dan istiqamah. Kemoderatan dan istiqamahnya umat dan jamaah Perti Tarbiyah karena sejak awal masyaik ulama pendirinya menetapkan asas paham keagamaan moderasi, itikad ahlusunnah waljamaah dalam Aqidah, mazhab Syafi’i dalam ibadah, dan mengikuti pemahaman Imam Al Ghazali dalam tasawuf dan mengamalkan tarekat mu’tabarah. Ulama tersebut di atas adalah sedikit contoh mujtahid alim, moderat, dan akomodatif
Pengembangan dan penerapan paham keagamaan jamaah Tarbiyah Perti dilaksanakan pada Pondok Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI), Surau, Dayah, halakah dzikir dan tradisi bertarekat dan wirid-wirid jamaah yasinan dllnya. Bersamaan dengan pembinaan keagamaan, ulama pembina Tarbiyah Perti telah meneguh kan persatuan dan kesatuan umat dan bangsa.
Menyimak sejarah dan niat awal dan misi Pendidikan, Dakwah dan amal sosial yang dilakukan Tarbiyah-Perti maka dapat ditegaskan bahwa tujuan dan agenda besarnya adalah menyatukan umat, (ittihad) mengembangkan pendidikan Islam (tarbiyah), mengerakkan dakwah, sosial dan berikhtiar meningkatkan kualitas umat. Melalui ulama, cendikiawan, mursyid, guru agama, mubaligh dan aktivis umat ormas telah berkontribusi besar dalam menegakkan kesatuan, persatuan dan kebaikan bangsa dan negara.
Seiring dengan itu di negeri ini berdiri pula organisasi sosial kemasyarakatan (ormas) Islam seperti Muhammadiyah lahir di Jokyakarta, Nahdlatul Ulama di Surabaya, Jamiatul Washliyah di Medan, Nadhlatul Wathan di Lombok, Al Irsyad di Sulawesi, Persis dan Mathlaul Anwar di Jawa Barat dan orams lainnya, itu semua adalah asset umat dengan tujuan utama untuk menyatukan dan mengerakkan syiar Islam seluas-luasnya.
UKHUWAH DAN ISHLAH
Keberadaan ormas Islam tidak dapat dipungkiri dalam merajut persaudaraan (ukhuwah) dan meningkatkan hubungan baik (ishlah) sesama umat, antar umat beragama dan umat dengan pemerintah. Penerapan ayat bahwa muslim bersaudara telah dilakukan oleh ulama, aktivis dan tokoh umat masa lalu melalui kerja keras
kolektif. Perselisihan hanya dapat diselesaikah melalui tokohnya dan ishlah harus terus diperbaharui, karena itu adalah sumber rahmat.
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَ صْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَا تَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.”
(QS. Al-Hujurat 49: Ayat 10)
Ukhuwah dan ishlah bisa efektif bila diikat dengan tali Allah. Tali Allah yang dimaksud dalam surat Ali Imran 103 berarti bahwa berpegang di tali Allah, semua mufassir menjelaskan nya dengan dinullah artinya agama Allah. Asbabun nuzul ayat itu adalah perintah Allah kepada Nabi untuk menyelesaikan gaduh antara suku Aush dan khazraj, dua suku Madinah yang sudah menyatakan setia dengan Islam, setelah sebelumnya kedua puak ini tidak pernah akur. Kegaduhan anggota suku menjadi konflik antar suku, begitu tradisi jahiliyah yang di mediasi Rasul sehingga menjadi komunitas kota berbudaya dan beradab (Madinatul munawarah)
Keberhasilan Nabi sebagai pemimpin pemersatu bangsa yang sudah terpecah berabad-abad lamanya dimotivasi keikhlasan perjuangan dan kejelasan pandangan, dan komitmen yang dibangun oleh semua entitas. Piagam Madinah sebagai ikatan semua kelompok untuk menjamin penegakkan aturan dan kamtibmas Kota Madinah adalah kontitusi moderen yang bersifat universal dan berlaku efektif untuk semua penduduk kota, tanpa melihat suku, agama, ras dan status sosial.
Habbluminnallah (tali Allah) adalah meliputi semua agama yang sudah mapan di Kota Madinah sejak lama, Yahudi, Kristen, Zoroaster dan Majusi, terakhir agama Islam. Visi al Qur’an yang tidak menegasikan iman pihak lain adalah bentuk keuniversalan Islam generasi salaf. Beda iman bukan hambatan dalam menjaga persatuan dan mencegah konflik.
MENCEGAH GADUH.
Kunci menjadikan agama Allah sebagai pegangan hidup adalah dengan menjauhi sikap mental tafaruq. Tafarraqa, asal katanya, faraqa, artinya pecah belah, konflik dan terganggunya kamtibmas. Bila dipakai kata tafarruq, itu makna ada dua kubu yang saling memecah, bisa juga artinya penghasutan, provokasi, dan menjadi biang kerok permusuhan antar orang, kelompok atau umat. Tafarraqu artinya adanya aktor intelektual yang merancang adanya perpecahan dalam komunitas.
Pecah, (farraqu) berbahaya dan adanya hasutan dan aktor intelektual yang menimbulkan perpecahan (tafarraqu) adalah sangat berbahaya dan kerusakn yang ditimbulkannya lebih luas. Ingat, perselihan membawa kelemahan dan menghilangkan kekuatan. (QS. Al-Anfal 8: 46).
Pecah belah tidak akan terjadi bila semua pihak menyadari dan terus merawat nikmat ukhuwah yang sudah membumi pada semua komponen bangsa. Ukhuwah sapilin tigo, ukhuwah basyariyah, islamiyah dan wathoniyah adalah nikmat yang menyatukan umat dan bangsa.
Pertama: Ukhuwah Basyariyah.
Ukhuwah kemanusiaan yang menegaskan bahwa insan sama derajat, hak-hak dasar, walau status dan kedudukan berbeda. Hanya taqwa yang menjadi ia berbeda.(QS. Al-Hujurat 49: Ayat 13). Penghargaan pada kesetaraan, kesamaan derajat, tidak rasis, tidak bullying dan memuliakan setiap orang berdasarkan hak kemanusiaannya adalah ukhuwah basyariyah yang bermartabat dan beradab.
Kedua: Ukhuwah Islamiyah.
Persaudaraan sesama muslim, bisa jadi rubuh,runtuh dan lusuh bila ia tidak diperteguh. Update uukhuwah Islamiyah adalah melalui ishlah, menciptakan pra kondisi dan situasi sosial yang kondusif.(QS. Al-Hujurat 49: 10). Ishlah terus diikhtiarkan dan di kedepan dalam menghadapi gaduh, rusuh dan heboh internal, karena kita saudara, “torang bersaudara” “kusuik bulu, paruh manyalasaikan” dan banyak lagi kearifan lokal yang menguatkan ukhuwah.
Ketiga: Ukhuwah Wathoniyah.
Persaudaraan se bangsa dan se tanah air sudah dibahas ulama sejak abad ke 9 masehi.Anjuran mencintai tanah air telah dijelaskan oleh dua ulama ahli hadis terkemuka. Mereka adalah Ibnu Hajar al-Asqalani (773-852 H.) dan Badruddin al-Aini (762-855 H.).
MENJADI SI TAWA SI DINGIN
Tarbiyah Perti warisan ulama dan tokoh umat alim, arif dan menjadi pembimbing umat telah meninggalkan legacy (warisan) sikap teduh, menyejukan, dan melayani kebutuhan sipritual umat dengan ikhlas dan tawadhu’. Lihatlah wajah Inyiak Candung, Inyiak Jaho, Syekh Syalihi Tabek Gadang, Inyiak Sasak dan ulama seangkatan beliau dengan sorban dan wajah teduhnya menentramkan umat.
Pengurus, ulama, aktivis dan jamaah Tarbiyah Perti menjadi terdepan penyejuk umat ata Si Tawa Si Dingin di tengah demam kesombongan dan virus perpecahan yang dihembuskan kelompok perusak agama. Menjalin kekuatan dengan silaturahim, memantapkan sikap jalan tengah, menguatkan ibadah dan mengerakkan wirid, pengajian, suluk dan konsolidasi adalah kegiatan yang harus digerakkan tiada hentinya. Allah SWT berfirman:
وَّاَنْ لَّوِ اسْتَقَا مُوْا عَلَى الطَّرِيْقَةِ لَاَ سْقَيْنٰهُمْ مَّآءً غَدَقًا ۙ
“Dan sekiranya mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), niscaya Kami akan mencurahkan kepada mereka air yang cukup.”
(QS. Al-Jinn 72: Ayat 16)
Tarbiyah Perti sebagai ormas Islam tentu terus bekerja kuat untuk menghadirkan persatuan. Boleh saja orentasi, focus dan arah gerakan masing-masing ormas tidak sama, namun esensi dan tujuan pendiriannya untuk tegaknya agama Allah harus satu arah dan gerakan. Adalah dosa sejarah bila aktivis ormas menjadikan organisasi yang diamanahi memimpinnya, lalu dijadikan tunggangan politik praktis yang berakibat memecah belah umat.
Ketika suasana kehidupan berbangsa diambang perpecahan, masyarakat tengah dirudung galau dan bingung oleh informasi media, maka ormas Islam diharapkan dan diminta tampil menjadi lembaga penjelas, pencerah dan pembawa umat pada tujuan utama kehidupan berbangsa, ya bersatu, adil dan makmur. Tidak perlu dicemaskan banyaknya ormas dan forum umat, yang harus dicemaskan bila lembaga umat dipimpin oleh orang yang tak paham visi ummatan wahidah, ummatan wasthan, khaira ummat, innamal mukminu ikhuwah, faaslihu baina akhwaikum dan visi kesatuan manhaj Islam.
TARBIYAH PERTI KE DEPAN
Panjangnya umur Tarbiyah Perti ternyata tidak berbanding lurus dengan realitas keberadaannya dalam masyarakst, setidaknya secara kelembagaannya di Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman. Sedangkan pemahaman keagamaan justru mayoritas umat kita adalah penganut paham mazhab Syafi’iyah, dan ahlussunah wal jamaah, tasawuf al Ghazali. Harus diakui Tarbiyah dan Perti sato organisasi yang terbelah menjadi dua karena faktor perebutan pengaruh politik. Sejak awal tahun 1970 pemerintah orde baru berhasil membuat skenario mengambil potensi politik ormas ini melalui “orang-orang dalam” dengan terbaginya organisasi. Persatuan Tarbiyah Islamiyah yang menyingkatnya dengan Tarbiyah menyalurkan aspirasi politik ke Golongan Karya dan yang kedua menyingkat dengan PERTI bergabung atau fusi dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Kedua ormas ini berawal dari sejarah yang sama, paham keagamaan sama, tetapi bersimpang jalan politik perjuangan itu berlangsung 46 tahun lebih.
Ishlah Tarbiyah Perti konkrit di mulai di Sumatera Barat saat di tanda tangani oleh Duski Samad selaku ketua PERTI dan H. Boy Lestari Datuk Palindih sebagai ketua Tarbiyah piagam Ishlah 18 Mei 2015 saat Milad ke 88 di saksi Pimpinan Pusat dua ormas, Gubernur dan Kakanwil. Selanjutnya ishlah dilakukan pada tingkat Nasional pada Munas Muktamar Tarbiyah Perti tanggal 20 November 2016 di Hotel Peninsulla Jakarta dengan disaksikan Presiden Jokowi.
Setelah ishlah penataan organisasi sejalan dengan kesadaran jamaah untuk bersatu bangkit mengerak umat sesuai khittah.
Kiprah dan arah perjuangan Tarbiyah PERTI ke depan menjadi pelopor gerakan keagamaan umat. Mengiatkan tradisi pendidikan keluarga seperti Maghrib Mangaji, MDTA, TPA, wirid pengajian, wirid tarekat, HALAKAH surau urang Siak. Pengurus Tarbiyah Perti diminta untuk mengembangkan silaturahim. Menjadi Si Tawa Si Dingin dalam masyarakat. Pelopor cara beragama washatiyah atau moderasi. Memperkukuh akar, batang, dahan dan ranting ahlusunnah wal jamaah, as Syafiyah dan tarekat mu’tabarah, bersamaan itu juga mengembangkan umat terdidik, sejahtera inti menjadi. menjadi mujahid gerakan keagaaman umat dalam makna seluas-luasnya. wabillahi taufiq walhidayah, intanshurallah yanshurkum. ds. 11/10/2019.