Ritvone.com, Sumbar – Minggu, (03/02/19) Silaturrahmi ke Pondok Pesantren Tarbiyah IslamUiyah (PPTI) Malalo, Padang Laweh, Tanah Datar, Sumatera Barat.
IMTI Jabodetabek lanjutkan perjalanan silaturahmi ke Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah, kali ini kami menyambangi PPTI Malalo, Pondok Pesantren yang dimasa kejayaannya menjadi ikon keilmuan Minangkabau, diasuh oleh sosok lautan ilmu sehingga menerangi ranah Minang dan daerah tetangga seperti Medan, Riau, Aceh dan lainnya.
Daerah Malalo berada di kaki bukit Patah Gigi di pinggiran danau Singkarak, perjalanan menuju Malalo melewati pemandangan yang indah lagi asri, kayu-kayu nan rindang sepanjang pinggiran danau serta sejuk angin danau yang menambah kenyamanan melewatinya.
Kami tiba di kampus PPTI Malalo ba’da Zuhur disambut oleh Ustadz Zulmas Spd.I selaku kepala Aliyah PPTI Malalo, beliau juga yang menemani kami menyampaikan informasi terkait perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sosialisasi berlansung lancar dan disambut baik oleh adik-adik kelas XII Aliyah, banyak diantara mereka yang tertarik ingin melanjutkan studinya di UIN Jakarta menyusul kakak-kakak IMTI Jabodetabek, kami pun memotifasi mereka agar melanjutkan studi ke Jakarta agar mereka mengisi kekosongan alumni PPTI Malalo yang tengah melanjutkan studi di UIN Jakarta.
Dari hasil kunjungan kami ke beberapa sekolah Tarbiyah Islamiyah kami mendapati masih banyak sekolah Tarbiyah Islamiyah yang tidak memiliki alumni yang tengah melanjutkan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sehingga hal ini menjadi salah satu faktor lemahnya keinginan adik-adik santri kelas akhir untuk melanjutkan studi ke UIN Jakarta. Oleh karena itu, kami menekankan kepada mereka agar tidak mempermasalahkan kondisi tersebut karena kami anggota IMTI walaupun bukan dari almamater yang sama dengan kalian tetapi kita berada dalam lingkaran yang lebih besar yaitu kita sama-sama santri Persatuan Tarbiyah Islamiyah, ketiadaan alumni tidak menjadi alasan untuk tidak melanjutkan studi kesana karena kami lah yang menggantikan kekosongan itu, yang akan membantu dan mengayomi kalian disana.
Dalam pengantarnya Ustadz Zulmas Spd.I mengungkapkan kegembiraan dan rasa syukurnya karena kehadiran IMTI Jabodetabek dalam rangka silaturahmi dan sosialisasi perkuliahan kepada santri kelas XII Aliyah, beliau sangat berharap dengan adanya IMTI kedepan mahasiswa Tarbiyah Islamiyah bisa lebih memberikan pengaruhnya dan mampu mengembangkan potensi setiap anggota IMTI sendiri dan pada akhirnya bisa membangkitkan kembali kejayaan Persatuan Tarbiyah Islamiyah.
Setelah agenda silaturahmi dan sosialisasi kami berziarah ke makam Al Alim Al Allamah Syekh Zakaria Labai Sati Malalo (1908-1973) pendiri PPTI Malalo dan Buya H. Thaharuddin (1941-2011) yang masyhur dengan panggilan Angku Andah salah satu pimpinan PPTI Malalo.
============
~ ~ ~
Madrsah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Malalo atau sekarang Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah (PPTI) Malalo didirikan oleh Al Alim Al Allamah Syekh Zakaria Labai Sati Malalo pakar Ushul FIqh, Fiqh, Mantiq dan pendekar Tarekat Naqsyabandi di daerah Darek.
Syekh Zakaria Labai sati dilahirkan di Padang Laweh, Malalo pada 1908, terlahir dengan nama kecil “Buyuang” sehingga di tengah-tengah masyarakat beliau biasa dikenal dengan “Buyuang Malalo”. Menjajaki dunia pengetahuan, beliau awali dengan mengaji dari surau ke surau di sekitar kampung kelahirannya untuk akhirnya beliau melanjutkan pendidikan ke Sekolah Rakyat (SR) di Pasar Malalo dari 1916 sampai 1918.
Pada tahun berikutnya Buyuang Malalo melanjutkan perjalanan ilmiahnya mengarungi lautan ilmu ke Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Jaho yang sangat masyhur itu dibawah asuhan Maulana Syekh Muhammad Djamil Jaho (Iyiak Jaho). Menimba ilmu selama 7 tahun bersama lautan Ilmu (Inyiak Jaho) menjadikan beliau menjadi salah satu murid emas Inyiak jaho yang diakui kepakarannya, beliau menamatkan pendidikannya disekolah ini pada tahun 1926 dan mendapatkan ijazah dari Inyiak Jaho. Dalam dunia pengalaman spiritual (tasawuf) beliau memasuki tarekat Naqsyabandi dibawah bimbingan Syekh Ja’far Ampang Gadang Kampar.
Buyuang Malalo di umur 22 tahun telah tampil sebagai seorang sosok yang disegani keilmuan dan pribadi baiknya, menguasai ilmu aqli dan juga telah mendapat ijazah sufi. Akhirnya pada tahun 1930 beliau bersama Buya Dt. Pangulu Kayo dan Angku Lukman Hakim mendirikan Madrsah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Malalo atas permintaan dan bantuan dari masyarakat sekitar karena beliau dikenal baik oleh masyarakat memiliki pandangan bashirah yang dalam dan mampu menjelaskan persoalan keagamaan yang berkembang di tengah-tengah masyarakat dengan sangat baik.
Tahun demi tahun berjalan madrasah ini semakin terang sinarnya dibawah asuhan sosok karismatik pemimpinnya, santri berdatangan dari berbagai penjuru seperti Aceh, Bengkulu, Riau, Jambi dan lainnya untuk dididik melalui tangan beliau selama 7 tahun, membaca dan menyelami kedalaman pengetahuan Islam melalui kitab-kitab gundul. Sebagaimana tradisi Anak Siak (santri) mereka yang berada di tahun akhir ditugaskan mengajar adik-adik tingkatnya dan tidak jarang mereka diutus terjun ke masyarakat luas untuk memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat, sehingga lahir dari Madrasah ini ulama-ulama besar yang berkiprah di kampung masing-masing menjadi panutan umat atau mendirikan Madrasah seperti:
• Abuya Zamzami Zamra di Singkel, Aceh
• Abuya Ibrahim di Lamno, Aceh
• Engku Bakhtiar di Kampar, Riau
• Abuya Ali Imran pendiri Ponpes Nurul Yakin Ringan-Ringan, Pariaman, Sumatera Barat
• Mihibbittibri di Aek Nopan, Sumatera Utara
• Buya H. Thaharuddin, salah satu pimpinan MTI Malalo setelah Syekh Zakaria wafat
Nama Zakaria merupakan pemberian dari ulama kebanggaan Aceh Syekh Muda Wali, kedua ulama ini sangat akrab dan saling mengaku menjadi murid sahabat karibnya itu menunjukkan betapa luhurnya adab mereka terhadap khadim ilmu. Buyuang malalo disebut oleh Syekh Muda Wali dengan sebutan Zakaria tabarukan kepada nama Syaikhul Islam Zakaria Al Anshari (823-926 H) pengarang kitab Ghayatu Ushul syarh Lubbul Ushul di bidang Ushul Fiqh, hal itu karena penguasaan beliau yang baik dalam bidang ilmu Ushul Fiqh dan akhirnya Buyuang Malalo masyhur dengan nama Zakaria. Kedua ulama ini dimasanya menjadi benteng pertahanan Ahlussunnah wal Jamaah dan mazhab Syafii di tanah Minang dan mereka tetap saling mengunjungi setelah kepulangan Syekh Muda Wali ke Aceh yang juga mendirikan dan mengasuh Pesantren disana.
Syekh Zakaria Labai Sati berpulang ke rahmatullah pada tahun 1973 mewariskan keluhuran budi, keluasan ilmu agama Islam melalui pembacaan mendalam terhadap kitab kuning.
(ulasan sejarah ini disarikan dari tulisan Buya Apria Putra Abiya Hilwa, surautuo.blogspot.com)
Oleh: Tarmizi sang Pegiat IMTI Jabodetabek (Kuliah pada jurusan Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)