OLEH: DUSKI SAMAD
Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Provinsi Sumatera Barat
Khutbah disampaikan di Masjid Raya Sumatera Barat, Shalat Khusuf Bersama Kakanwil Kementrian Agama, ASN dan Masyarakat, Ahad, 21 Juni 2020.
Khutbah Pertama:
اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَاخْتِلَافَ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآَيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ . أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا حَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى : وَمِنْ ءَايَٰتِهِ ٱلَّيْلُ وَٱلنَّهَارُ وَٱلشَّمْسُ وَٱلْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَٱسْجُدُوا لِلَّهِ ٱلَّذِى خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُون
هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَآءً وَّا لْقَمَرَ نُوْرًا وَّقَدَّرَهٗ مَنَا زِلَ لِتَعْلَمُوْا عَدَدَ السِّنِيْنَ وَا لْحِسَا بَ ۗ مَا خَلَقَ اللّٰهُ ذٰلِكَ اِلَّا بِا لْحَـقِّ ۚ يُفَصِّلُ الْاٰ يٰتِ لِقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَ
Gerhana adalah tanda-tanda kekuasaan Allah. Allah-lah yang mencipkan matahari dan bulan sebagai tanda-tanda kekuasaan-Nya. Setelah ilmu astronomi bertembang, diketahui bahwa gerhana matahari adalah bagian dari keteraturan sistem matahari-bulan-bumi. Bulan mengitari bumi, sementara bumi bersama bulan mengitari matahari.
Pada saat bulan tepat berada di antara matahari dan bumi, terjadilah gerhana. Peredaran bulan mengitari bumi seperti itu dengan perubahan ketampakan bentuk bulan digunakan untuk perhitungan kalender.
Perubahan, pergantian malam , dan peristiwa alam adalah ayat tanda-tanda kebesaran Allah,.(QS. Ali Imran/4:190). Mengenai gerhana di sebut Allah sebagai tanda-tanda nyata kiamat, alqur’an mengajukannya dalam bentuk pertanyaan, tas aku ayyana yaumul qiyamah, kapankah hari kiamat itu, bila matamu terbelalak melihat bulan tertutup (gerhana) dan saat matahari dan bulan di kumpulkan (gerhana matahari), kemanakah tempat lari, ( QS. Qiyamah/75:6-9).
MENEGUHKAN AQIDAH
Gerhana bila ditinjau dari filsafat wujud kosmologis, ia adalah peristiwa alam yang tak bisa dielakkan dari proses edaran planet di galaksi Bimasakti. Ahli astrologi memiliki penjelasan ilmiah tentang mengapa ada gerhana. Manusia purba lalu, kini mungkin juga masih ada, punya mitos tentang gerhana matahari dan bulan, itulah sebabnya syariat Islam mengajarkan agar diadakan shalat gerhana.
Al-Quran membimbing manusia, bahwa peristiwa alam adalah laayatul lil ulil al Bab, tanda-tanda, morse, yang dapat dibaca orang-orang cerdas. Gerhana sebagai morse hendaknya dapat dibaca dan di
sikapi dengan tepat. Fenomena Gerhana adalah saatnya menghadirkan perasaan takut dan khawatir akan terjadi kiamat. “Berbeda dengan gaya hidup dan kebiasaan yang hanya ingin menyaksikan dan mengabadikan peristiwa gerhana atau mengkaji dari sisi ilmiah saja tanpa mau mengindahkan tuntunan dan ajakan Nabi Muhammad SAW,”
Selaku makhluk yang beriman dan lemah sudah sepatutnya untuk selalu mempercayai datangnya hari kiamat, kejadian yang diluar kemampuan manusia memprediksinya. Penguatan aqidah adalah pesan utama dari sunat muakadnya shalat gerhana.
Aqidah yang sehat, bahwa kuasa Allah adalah permanent yang tak bisa ditabdungi. Hidup, walau sudah di capaian 4.0 digitalisasi, masih terlalu banyak yang khusuf (tertutup), belum mampu disibak. Pandemi virus covid 19 yang membatasi pergerakan manusia, tidak mampu di ramal dan diselesaikan dengan cepat oleh warga dunia.
Banyak hikmah dari peristiwa gerhana, dari segi aqidah adalah sebagai salah satu tanda diantara tanda tanda kekuasaan Allah. Muaidzah, untuk mengingatkan manusia untuk kembali kepada Allah dengan berhenti dari berbuat maksiat serta mengisi hidup di dunia dengan amal shaleh. Disamping juga meluruskan tauhid bahwa matahari dan bulan benda yang tidak berhak disembah dan ada dzat lain yang lebih berhak untuk disembah yaitu Allah SWT yang mengatur matahari, bulan, dan alam semesta.
Allah meletakkan tanda kebesarannya di alam semesta dan pada dirimu sendiri.
سَنُرِيْهِمْ اٰيٰتِنَا فِى الْاٰ فَا قِ وَفِيْۤ اَنْفُسِهِمْ حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ اَنَّهُ الْحَـقُّ ۗ
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar.(QS. Fussilat 41: Ayat 53)
Tanda (ayat) tetap akan selalu berposisi sebagaimana tanda. Ia medium atau perantara untuk mencapai sesuatu. Kita bisa tahu udara sedang bertiup ke arah utara ketika kita menyaksikan daun pepohonan sedang bergerak ke arah utara. Kita bisa tahu dari kejauhan sedang terjadi kebakaran saat menyaksikan kepulan asap membumbung ke udara. Dalam konteks ini, fenomena daun bergerak dan membumbungnya asap hanyalah perantara bagi yang melihatnya tentang apa yang berada di baliknya, yakni udara dan api.
Dalam skala yang lebih besar dan lebih hakiki, fenomena pergerakan benda-benda langit yang demikian tertib, agung, dan menakjubkan adalah tanda akan hadirnya Dzat dengan kekuasaan yang tak mungkin tertandingi oleh apa pun dan siapa pun. Dialah Allah subhânahu wata‘âlâ. Dengan demikian, fenomena gerhana bulan yang kita saksikan saat ini pun seyogianya kita posisikan tak lebih dari ayat. Kita patut bersyukur mendapat kesempatan melewati momen-momen indah tersebut. Selain menikmati keindahan dan mengagumi gerhana bulan, cara bersyukur paling sejati adalah meresapi kehadiran Allah di balik peristiwa alam.
Dari segi ilmiah hikmahnya sebagai pemisalan, contoh kasus akan terjadi pada hari kiamat bahwa hal itu mudah bagi Allah SWT. Kesadaran rabbana makhalaqta haza batila, itu menjadi pintu masuk bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Ulil al Bab yang ditandai dengan keselarasan dzikir dan pikir adalah hikmah yang dipromosikan gerhana.
ALAMIAH DAN TINGKAH KITA
Rahasia gerhana, dan kejadian alam yang tidak mudah lagi diprediksi, cuaca ekstrim, banjir, bencana alam, mungkin bisa dijelaskan fenomenannya oleh BMKG, namun waktunya, luas bahayanya, mitigasi, dan dampak tidak ada yang pasti. Lebih tidak bisa lagi diurus oleh BMKG, dan BNPB penderitaan korban bencana alam. Dokter hanya dapat memberi obat, konseling boleh jadi dapat menunjukkan terapi, tetapi kepedihan hati ditinggal orang tercinta, hilangnya harta benda, adalah penderitaan yang bisa di atasi bila hati tersambung dengan pemilik kuasa, Allah.
اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَ لَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ ۗ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
(QS. Ar-Ra’d 13: Ayat 28).
Gerhana matahari sebagai wujud dari kemahakuasaan Allah, hendaknya dipahami aktif dan progresif, bukan pasif dan naif. Kuasa Allah, bukan sewenang-wenang, dan otoriter, kuasa ilahi (sifat jalal), dibatasi oleh kasih sayang (jamal-Nya). Allah telah menetapkan sunnahnya, kejadian alam berada dalam sunahnya (hukum causalitas). Tingkah takabbur, sombong dan sifat jahat dipastikan melanggarkan sunnah Allah, dan mengundang bahaya, dan malapetaka.
٭سْتِكْبَا رًا فِى الْاَ رْضِ وَمَكْرَ السَّيّیٴِ ۗ وَلَا يَحِيْقُ الْمَكْرُ السَّيِّـئُ اِلَّا بِاَ هْلِهٖ ۗ فَهَلْ يَنْظُرُوْنَ اِلَّا سُنَّتَ الْاَ وَّلِيْنَ ۚ فَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّتِ اللّٰهِ تَبْدِيْلًا ۚ وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّتِ اللّٰهِ تَحْوِيْلًا
“karena kesombongan (mereka) di bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. Rencana yang jahat itu hanya akan menimpa orang yang merencanakannya sendiri. Mereka hanyalah menunggu (berlakunya) ketentuan kepada orang-orang yang terdahulu. Maka kamu tidak akan mendapatkan perubahan bagi Allah, dan tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi ketentuan Allah itu.”(QS. Fatir 35: 43).
Akhirnya perlu ditegaskan bahwa sunah shalat khusyuf untuk menyadarkan kedaifan hamba dan sekaligus membukti kan loyalitas (ittiba’) pada sunnah Rasul. Ittiba’ artinya patuh sepenuh hati pada sunnah Nabi adalah amalan yang dilakukan saat khusuf. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.” (HR. Bukhari no. 1044).
Hadist di atas menjelaskan ada empat amalan utama yang diperintahkan saat gerhana.
- Berdoa.
Berdoa saat gerhana untuk menundukkan hati akan ke maha kuasaan Allah, doa itu senjata mukmin. Doa dapat menjauhkan pikiran mitos, mistik dan takhayul sisa-sisa kepercayaan animisme. - Bertakbir.
Bertakbir, seperti layaknya hari raya idul fitri dan adha dapat membuka pintu, bahwa kuasa Ilahi dapat mengatasi keadaan bingung dan kecemasan yang disebabkan kejadian alam, yang tak dapat diprediksi. - Shalat khusuf.
Shalat khusuf dua rakaat dengan dua rukun adalah ittiba’ (mengikut sepenuhnya) pada sunnah Nabi dapat menimbulkan kecintaan pada ajaran Islam dan sunnah Nabi. - Bersedekah.
Bersedekah saat khusuf adalah membawa hikmah Islam peduli untuk orang lemah dan tidak dikekang oleh harta benda. Titipan Allah, akan kembali padanya. Wallahu a’lam.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَ