Cara Menghadapi Wabah COVID-19 dengan SABAR (part 18)

HAMTIPP

Oleh Prof.Dr.H.Salmadanis, M.A

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Wahai Pencinta KAJIAN ISLAM dan JAMAAH MAJLIS TA’LIM di mana saja berada.
Dalam beberapa tulisan kedepan kita akan memaparkan KAJIAN ISLAM terkait bagaimana KESABARAN kita menyikapi wabah COVID-19 yang saat ini sedang melanda kehidupan manusia dari berbagai aspek di dunia termasuk negara kita Indonesia tercinta.

                   S A B A R L A H
  1. KEHEBATAN SABAR DALAM MENCIPTAKAN STABILITAS DIRI

Dalam kajian psikoterapi Islam sabar mempunyai potensi untuk menekan dan menahan diri misalnya tidak keluar rumah, cuci tangan, dan jaga jarak sesama serta selalu pakai masker, begitu juga mampu menahan hempasan emosi dan marah, maka berikut ini ada beberapa kehebatannya yaitu :

  1. Pengendalian diri

Pengendalian diri merupakan salah satu konsep sabar di dalam perspektif psiko terapi Islam dimana seseorang akan berusaha mengatur dirinya sendiri sedemikian rupa untuk tetap menjaga diri dari kebaikan. Seperti misalnya, seseorang akan menelaah apa yang sebenarnya sedang terjadi dan tidak serta merta melakukan hal yang mungkin bisa saja ceroboh. Karena tidak mungkin Allah menjadikan sesuatu itu tanpa ada tujuan, yang jelas ada hikmahnya.

  1. Sikap bertahan dalam situasi sulit dan genting

Sabar juga memiliki pengertian sebagai sikap bertahan dalam situasi yang sulit. Ketika seseorang berada di titik terendah dalam hidupnya, misalnya miskin dan fakir mungkin ia akan kesulitan untuk menerima hal tersebut. Namun dengan adanya sikap sabar, ia akan berusaha untuk  bertahan dari segala macam kesulitan yang ada. Misal saat covid-19 pada satu sisi kita butuh makan, minum, hubungan sosial secara permanen, untuk sementara ada aturan membuat kita harus siap dirumahkan dan lain-lain. Apa makna semua itu? Bahwa setiap ada kesulitan pasti ada kemudahan dan seterusnya.

  1. Perilaku untuk menerima kenyataan

Dengan adanya sikap sabar tersebut, maka muncul pula perilaku untuk menerima kenyataan. Kubler Ross yang juga terkenal dengan teori berdukanya menyebutkan bahwa ketika kenyataan berbanding terbalik dengan harapan, seseorang bisa saja mengalami respon berduka. Tahapannya pun dimulai dari denial, anger, bargaining, depression dan acceptance. Sikap sabar bisa mempercepat seseorang untuk menuju tahap acceptance, yaitu sikap optimis dan dinamis serta penuh harapan, sehingga keimanannnya mengatakan bahwa semua yang terjadi pasti ada gunanya.

  1. Sikap untuk berpikir panjang

Sabar juga mampu membuat seseorang untuk berpikir lebih panjang lagi. Apa yang sedang dia hadapi ia renungkan terlebih dahulu dan memikirkannya dengan pikiran logis. Seseorang bisa membangun koping positif dengan adanya sikap semacam ini. Ia tidak mudah untuk cepat menarik kesimpulan dan berusaha mengambil penilaian netral terlebih dahulu. Kadang-kadang, kesimpulan yang diambil dari penilaian subjektif banyak dipengaruhi oleh emosi sehingga menjadi kesimpulan atau keputusan yang kurang bijak.

  1. Sikap gigih atau tidak putus asa

Kesabaran juga akan menumbuhkan sikap gigih. Gigih di sini tentu saja memiliki arti sebagai perilaku yang tidak putus asa. Seseorang akan menjadi lebih cepat untuk bangkit dan mengupayakan segala hal untuk bisa memperbaiki keadaan sulit yang tengah dihadapi. Sikap semacam ini biasanya akan menjadikan seseorang dengan pribadi yang lebih tangguh.

  1. Sikap tenang, tidak buru-buru

Seperti sudah dijelaskan dalam poin sebelumnya, kesabaran akan membuat seseorang memiliki sikap untuk berpikir lebih panjang dan matang. Ini juga akan menciptkan kepribadian yang lebih tenang. Seseorang akan berhati-hati dalam mengambil sikap, yang bisa saja membuat ia semakin terjebak dalam kesulitan. Walaupun semua juga tergantung pada jenis sifat dalam psikologi masing-masing individu. Jika kehidupan ini dianggapnya sulit ya sulitlah semua, sebaliknya jika mereka menganggap hidup ini senang dan nyaman ya senang dan nyamanlah yang kita peroleh. Jadi sabar yang bisa mengemudikan itu semua.

  1. Sikap memaafkan

Karena sikap menerima kenyataan sudah bisa dilakukan oleh seseorang, maka melalui kesabaran seseorang juga bisa memiliki sikap memaafkan. Sebenarnya konsep sabar dalam psikologi ini menjadi hal yang cukup positif, mengingat jarang ada orang yang berjiwa ksatria mau untuk memaafkan terlebih dahulu. Terkadang memaafkan bukan berarti kita kalah, tetapi lebih untuk kebaikan diri sendiri. Misal secara kenyataan banyak sikap kita tidak menerima untuk dirimahkan dan tidak adanya distince sosial, sehingga membuat kita tidak senang kepada pengambil kebijakan. Secara psikologis ini membuat diri kita tidak aman, maka solusinya adalah memaafkan semua itu. Karena semua itu juga untuk kepentingan diri kita juga. Jika kita masih mengupat-ngupat juga berarti kita mempenjarakan diri kita dengan sifat dendam.

Semoga kajian ini bermanfaat


Wahai sahabat-sahabat dan kaum muslimin, hadapilah kehidupan ini dengan SABAR KARENA ALLAH MENCINTAI ORANG YANG SABAR DAN ALLAH BERSAMANYA

DARI SALMADANIS PUSAT DAKWAH DAN STUDI ISLAM DAN SERTA MAJLIS TA’LIM SUMBAR.
18

Spread the love