Oleh: Duski Samad
Kajian Masjid Nurul Iman dan Masail Padang FM 19072021

Iman yang mencerahkan maksud nya iman yang dapat membawa pemiliknya dalam kehidupan terang, bercahaya dan bahagia. Bahagia bermula dari adanya jiwa cerah atau sehat. Jiwa yang sehat adalah sumber dari raga yang kuat dan sehat. Sehat adalah awal dari kebahagiaan, itulah hakikat dari psikologi positif.

Kebahagiaan adalah dambaan universal semua insan. Adakah makhluk yang tidak mendambakan kebahagiaan dan menginginkan penderitaan?

Ilmuwan kejiwaan menyatakan bahwa jiwa yang sehat itu dengan psikologi positif. Psikologi positif adalah gerakan baru dalam dunia psikologi, yang merevitalisasi kembali pencarian manusia modern akan kebahagiaan. Psikologi positif menggunakan pendekatan saintifik, berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu, seperti genetika, neuroscience dan cognitive science untuk memahami kebahagiaan secara mendalam.

Mempelajari bagaimana sains memformulasikan kebahagiaan, bagaimana mengenal dan mengembangkan kekuatan karakter yang merupakan kunci kebahagiaan, bagaimana studi di akademi militer West Point telah membantu ilmuwan memahami cara-cara mencapai prestasi belajar dan prestasi kerja yang luar biasa, dan bagaimana teknik mindfulness dapat mengatasi stress dengan efektif, mencegah kambuhnya depresi, bahkan memperpanjang telomeres dalam kromosom, yang berkorelasi dengan panjangnya usia seseorang.
Psikologi positif juga dapat dicapai dengan penguatan jiwa, akhlak dan ihsan. Meyakini bahwa maghfirah Allah maha luas menjadikan orang tidak terbebani mentalnya atas dosa atau kesalahan yang dilakukan. Allah Maha tahu bagaimana jejak hidup sejak alam rahim juga menjadi pangkal jiwa sehat. Tidak merasa suci adalah penanda menuju taqwa yang sebenarnya.
اَلَّذِيْنَ يَجْتَنِبُوْنَ كَبٰٓئِرَ الْاِ ثْمِ وَا لْفَوَا حِشَ اِلَّا اللَّمَمَ ۗ اِنَّ رَبَّكَ وَا سِعُ الْمَغْفِرَةِ ۗ هُوَ اَعْلَمُ بِكُمْ اِذْ اَنْشَاَ كُمْ مِّنَ الْاَ رْضِ وَاِ ذْ اَنْتُمْ اَجِنَّةٌ فِيْ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ ۚ فَلَا تُزَكُّوْۤا اَنْفُسَكُمْ  ۗ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقٰى
“(Yaitu) mereka yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji, kecuali kesalahan-kesalahan kecil. Sungguh, Tuhanmu Maha Luas ampunan-Nya. Dia mengetahui tentang kamu, sejak Dia menjadikan kamu dari tanah lalu ketika kamu masih janin dalam perut ibumu. Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia mengetahui tentang orang yang bertakwa.”(QS. An-Najm 53: Ayat 32)
IMAN KONSEPTUL DAN REALITAS
Konsep tentang Iman dijelaskan Nabi dalam hadist mutawatir riwayat Imam Bukhari Muslim dicatat dalam kitab Arbain 40 hadist populer, adalah berupa kesadaran batin meyakini, mengucapkan dan melaksanakan kehendak dari adanya Allah, Malaikat, Nabi, Kitab, hari akhirat dan qadar adalah pasti adanya.

Konseptul iman diuraikan ulama kalam dalam dua cara, yang berbeda dan menjadi dua mazhab. 1. Pendekatan Psikologi positif. Iman pada Allah dgn sistim aqidah 50. Ada sifat positif yg mudah dicernakan pikiran mudah. Menjelas kan bahwa iman itu ada, nyata dan dapat dinalar dengan mudah.

Kuasa dan kesempurnaan Allah adalah puncak kesempurnaan. Manusia hidup, berilmu, dst Allah Maha dengan focus pada ma’ani (eksistensi). Kenabian juga diberi penjelasan sifat utama siddiq, tabligh, amanah dan fothanah.

  1. Metode logika.
    Iman lebih difocuskan pada tanzih,yaitu penyucian dari tajjasum, menyerupai atau ada wujud fisik Allah, itulah ulama kaum Mutazilah, rasional yg cenderung berdasarkan logika, ilmiah dan dialektika.

Bertauhid pendekatan Psikologi positif adalah tertanamnya iman dalam kesadaran batin dengan dukungan pengalaman dan pengetahuan. Yakin, ilmu dan kenyataan tentang fungsionalnya Allah dan rukun iman lima lainnya adalah menumbuhkan kebahagiaan umat beriman.

Berfungsinya iman dapat mengundang kepuasaan dan kebermaknaan hidup yang akhirnya ketenangan batin, buahnya hadir jiwa yang sehat. Orang-orang beriman hatinya tenang ketika tersambung (dzikir) dengan Allah,(QS.13:28).

PEMBIASAAN (RIYADHAH)
Mewujudkan jiwa sehat dan psikologi positif dimulai dari penataan jiwa syukur, motif kinerja ridha dan komitmen diri sebagai hamba Allah yang diberi rahmat dan hamba yang saleh.
وَقَا لَ رَبِّ اَوْزِعْنِيْۤ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْۤ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَا لِدَيَّ وَاَ نْ اَعْمَلَ صَا لِحًـا تَرْضٰٮهُ وَاَ دْخِلْنِيْ بِرَحْمَتِكَ فِيْ عِبَا دِكَ الصّٰلِحِيْنَ
“Dan dia berdoa, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.””(QS. An-Naml 27: Ayat 19)
1.Ilham bersyukur.
Bersyukur itu tidak mudah dan sering pula tidak pula tulus. Syukur menyadari dari dalam diri bahwa capaian dan hasil kinerja adalah rahmat Allah. Keterbatasan diri dan anugerah yang luas adalah motif adanya jiwa syukur.
وَاِ ذْ تَاَ ذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَاَ زِيْدَنَّـكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَا بِيْ لَشَدِيْدٌ
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.””(QS. Ibrahim 14: 7)

  1. Kebajikan yang di ridhai.
    Perbuatan baik yang tulus adalah indikasi sehat jiwa, psikologi positif. Maknanya amal baik mesti dengan motif dan tujuan yang diridhai Allah. Kebaikan pamer, ria dan memuji diri, selfi, share dan chat adalah kebaikan yang potensial tidak diridhai. Riya, conten dan sejenisnya adalah pembohongan tertutup (QS. Almaun, 7)
  2. Golongan hamba saleh.
    Memastikan bahwa diri sendiri orang baik adalah RIYADHAH yang hendaknya dibiasakan menuju kuatnya jiwa yang sehat atau psikologi positif.

Ragu dan tidak percaya diri sebagai hamba Allah yang baik dan saleh adalah pertanda adanya gangguan mental yang mesti diobati. Mental yang sehat percaya pada kemampuan diri mengendalikan psikologi negatif, (QS. Yusuf, 53). Sanggup mencegah diri dari sifat buruk, mencela, membully dan prilaku buruk lainnya (QS.Qiyamah 2)

Konklusi

  1. Iman mencerahkan adalah keyakinan diri yang menghadirkan jiwa sehat dan psikologi positif atau kebahagiaan.
  2. Psikologi positif tumbuh dari keluasaan makna syukur, ridha dan hamba Allah yang baik, al Namli 19.
  3. PEMBIASAAN psikologi positif dapat dimulai dari kesadaran mendalam atas kelemahan dan kesalahan, keterbatasan diri dihadapan Allah, dan merasakan tidak sebagai orang suci. QS. ANajmi, 32.