Di Nagari Balai Gurah, Kec. Ampek Angkek, Kab. Agam. Tradisi yang masih di jaga dan turun temurun sampai hari ini adalah menyulam. Sulaman yang terkenal hasil karya dari Balai Gurah yaitu Suji Caia. Suji caia merupakan sulaman yang memadukan warna demi warna benang ke dalam motif bunga, daun dan motif lainya. Kegiatan menyulam ini biasa dilakukan oleh kaum perempuan di Nagari Balai Gurah. Kegiatan ini sudah diwariskan nenek moyang terdahulu yang diwariskan hingga kini.
Suji sendiri merupakan sulaman yang memiliki pengaruh besar dalam kehidupan masyarakat Balai Gurah. Menurut pendapat salah satu Pengrajin, suji merupakan sulaman yang sangat berperan penting untuk membangun ekonomi keluarga. Selain pekerjaan seorang ayah di luar rumah mencari nafkah, ibu juga berperan penting membantu perekonomian di rumah.
Suji sebagai penunjang ekonomi masyarakat Balai Gurah. Hal itu memang benar. Menurut cerita dari Ibuk Anida, sebagian besar masyarakat di Balai Gurah bisa bersekolah lantaran dia menjahit. Zaman dahulu setiap anak perempuan yang berusia sekitar 12 tahun ke atas harus sudah bias menjahit. Selain memang kebutuhan yang selalu mendesak, malu rasanya jika seorang perempuan di Nagari Balai Gurah tidak biasa menjahit. Dengan ini selain untuk memenuhi kebutuhan, kegiatan menjahit suji mengajarkan tentang ekonomi yang mandiri.
Dari kecil anak-anak di Nagari Balai Gurah diajarkan orang tua mereka untuk tidak hanya mengandalkan orang tuanya. Sebab, mereka menekankan kepada si anak, bahwa kehidupan adalah sesuatu yang bergerak, mungkin saja hari ini mereka hidup dengan serba kecukupan, hari lainnya tidak bisa dipastikan akan hidup seperti itu. Sekalipun orang tualah yang berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan anaknya, namun pendidikan yang membuat anak mandiri lebih penting. Menyadarkan anak-anak akan sulitnya mencari nafkah untuk kehidupan. Sehingga mereka lebih bersyukur dan tidak mau membuang waktu lagi untuk hal yang tidak bermanfaat
Pada saat sekarang ini, zaman semakin maju, banyak generasi muda yang tidak mengenal dan pandai menyulam. Sedangkan pengaruh sulaman ini sudah sangat jelas untuk menunjang finansial diri sendiri maupun keluarga. Dengan adanya keadaan seperti ini, mulai muncul ide dari beberapa pengrajin dan anak-anak muda untuk melakukan regenerasi pengrajin sulaman. Dengan tujuan untuk melestarikan budaya yang sudah turun temurun jauh sejak masa penjajahan dulu. Hal lain melatar belakangi revitalisasi ini adalah agar masyarakat khususnya kaum muda memahami kegiatan menyulam memiliki faedah sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.
Pada bulan Maret 2021 gerakan pun di mulai. Para pemuda pemudi mulai mengumpulkan pengrajin senior dan merancang bentuk kegiatan revitalisasai sulaman tersebut. Kerja sama pun di jalin dari berbagai peak. Mulai dari Wali Nagari, Kepala Jorong, komunitas Sarueh, Balai Baca Rumah Bako dan masyarakat sekitar ikut terlibat semuanya. Untuk menyatukan ide tidaklah hal yang mudah. Perbedaan pendapat, dan hingga pertentangan yang datang dari berbagai sisi di hadapi secara bersama. Dengan yakin dan penuh semangat akhirnya lahirlah sebuah kegiatan bentuk revitalisasi Sulaman yaitu “ Manikam Jajak Biay”. Manikam Jajak Biay sebuah bentuk kegiatan edukasi dan transfer ilmu dari pengrajin tua atau senior kepada pengrajin muda. Dalam kegiatan banyak imbas positif yang muncul. Baik dari segi pemikiran maupaun pergerakan. Dari kaum muda yang tak lagi mengenal sulaman, menjadi kenal. Dari kaum muda yang tak pandai dalam menyulam sekarang diajarkan. Manikam Jajak Biay sebuah kegiatan yang dilaksanakan selama seminggu dalam bentuk workshop.
Kegiatan ini diikuti oleh 5 pengrajin senior dan 10 pengrajin junior. Yang mana pada kegiatan ini pengrajin senior mengajarkan pengrajin yang junior dari tahap awal melukis pola, hingga tahap finising karya sulaman. Umumnya untuk tahap melukis, memindahkan pola ke kain dasar, semua pengrajin sudah mampu. Namun, yang menjadi pelajaran yang cukup sulit adalah untuk mempadu-padankan warna benar yang tepat untuk setiap motif. Sealnjutnya dalam menjahit yang perlu sekali diperhatikan adalah kualitas sulaman. Salah satunya dengan teknik menjahit yang mebuat gambar di kain dasar menjadi timbul, hidup dan menarik. Kerapian juga sangat dituntut dalam menjahit. Jika tidak rapi, sangat kelihatan ketika kain sudah dijadikan sebuat pakaian. Tentu saja hal ini akan membuat kulaitas menjadi rendah. Untuk itu, pengrajin-pengrajin mengusahakan hasil yang bagus untuk setiap sulamannya.
Karya yang dibuat oleh pengrajin tidak hanya karya biasa. Sangat berbeda dengan sulaman yang lain. Dalam tahap pengerjaannya sulaman yang di buat sebanyak dua sulaman dengan masing-masing sulaman panjangnya 2,5 m. tidak hanya itu, waktu pengerjaanya pun jauh lebih cepat yaitu hanya seminggu. Sedangkan waktu normal pengerjaan sulaman adalah 1- 2 bulan. Para pengrajin bahu membahu mengerjakan sulaman. Hal ini tidak bera sama sekali bagi pengrajin pemula. Sebab, mengerjakan santai, dan sambal bercerita-cerita dengan teman sebelah. Sehingga tidak terasa pekerjaan yang banyak menjadi cepat selesai.
Dalam proses pengerjaannya selama seminggu tersebut. Banyak tertampung ide-ide kreatif dari pengrajin.
Mulai dari ide untuk mengkombinasikan sulaman dengan barang-barang yang biasa dipakai oleh anak-anak muda. Biasanya anak –anak muda sangat jarang menggunakan pakaian yang bersulam. Dengan alasan pakaian tersebut tidak untuk anak muda. Apalagi jika berbentuk baju kurung dan selendang harganya pun berkisar pada 2.500.000- 4.000.000. tentu dengan harga segitu anak-anak muda banyak yang kesulitan untuk mengkonsumsinya sebagai pakaian. Untuk itu mulailah muncul ide membuat pembaruan tersebut. Seperti mengkombinasikan motif sulaman dengan totebag, sepatu, kotak pensil, outer dan masih banyak lagi.
Dengan kegiatan menyulam juga berpengaruh pada komunikasi antar pengrajin. Sebab dengan menyulam, kedekatan emosional antar pengrajin semakin dekat. Dari yang biasanya tak kenal menjadi kenal. Yang sebelumnya hanya bertegur sapa sekarang sudah banyak yang saling bercerita. Banyak hal-hal baik lainnya yang bisa timbul denga nada ya kegiatan revitalisasi sulaman ini.
Menariknya lagi setelah kegiatan manikam jajak biay akan ada kegiatan lanjutan yaitu berupa Festival Budaya yaitu Sentak Art Festival. Dalam Sentak Art Festival ini sebagai gambaran konsep acara. Yaitu akan memperkenalkan, memberikan penghargaan dan menampilkan karya para pengrajin sulaman yang selama ini tidak pernah terekpost. Selama ini orang-orang yang membeli hanya melihat keindahan dan kemewahan hasil sulaman. Namun sangat jarang yang mengenal orang-orang yang berada di balik keindahan sulaman tersebut.
Harapan besar pengerajin dan seluruh masyarakat yang mendukung kegiatan regenerasi sulaman ini, semoga sulaman terus berkembang, dan mendarah bagi masyarakat sekitar. semoga dapat membangkitkan perekonomian serta mensejahterakan masyarakat. Dari penulis sendiri pun demikian, semoga sulaman ini terus maju, dan memasuki pasar yang lebih besar . tidak hanya menghidupkan finansial keluarga namun juga masyarakat.